
Belajar Langsung dari Sumbernya: Sorogan Kitab Kuning di HM Al-Inaaroh 2
Salah satu kegiatan unggulan di HM Al-Inaaroh 2 adalah metode pembelajaran kitab kuning dengan teknik sorogan. Teknik ini merupakan salah satu warisan metode pendidikan pesantren klasik yang masih sangat relevan hingga saat ini. Di tengah perkembangan teknologi dan sistem pembelajaran digital, HM Al-Inaaroh 2 tetap mempertahankan metode sorogan untuk menjaga kedalaman pemahaman santri terhadap ilmu-ilmu keislaman.
Apa Itu Sorogan?
Sorogan berasal dari kata sorog dalam bahasa Jawa yang berarti “menyodorkan”. Dalam konteks pembelajaran pesantren, sorogan berarti santri datang menghadap guru dengan membawa kitab, lalu membacakan teks Arab gundul (tanpa harakat) secara langsung kepada guru. Guru kemudian menyimak, membenarkan, memberi harakat, menerangkan makna, dan memberikan penjelasan konteks isi kitab tersebut.
Pengajar Langsung oleh Pengasuh Pondok
Yang menjadikan kegiatan sorogan di HM Al-Inaaroh 2 semakin istimewa adalah karena langsung dibimbing oleh pengasuh pondok, K.H. Amiruddin Abdul Karim. Kehadiran beliau dalam sorogan memberikan nilai lebih, karena santri bisa mendapatkan ilmu secara langsung dari sumber keilmuan utama di pondok.
Teknis Pelaksanaan ngaji kitab sorogan
Di HM Al-Inaaroh 2, kegiatan sorogan dilaksanakan secara personal dan berjenjang, dengan masing-masing santri membawa kitab yang dikaji kepada seorang ustadz atau kyai. Santri duduk mengelilingi guru dalam posisi tawadhu’, dan membaca secara langsung bagian demi bagian. Guru akan mengoreksi makhraj bacaan, menerjemahkan, hingga menjelaskan faedah-faedah nahwu, sharaf, dan fiqih dari teks yang dibaca.
Kitab-Kitab yang Dikaji:
Beberapa kitab kuning yang menjadi bahan kajian dalam sorogan antara lain:
- سفينة النجاة
- قطرالغيث
- التجان الداراري
- سلم النجاة
- سلم التوفيق
- التقريب
Nilai Plus Teknik Sorogan:
- Konsentrasi Tinggi: Karena santri membaca langsung di hadapan guru, sorogan melatih konsentrasi penuh serta rasa tanggung jawab atas proses belajar.
- Interaksi Langsung: Santri bisa langsung bertanya dan berdiskusi jika ada kalimat atau makna yang sulit dipahami.
- Memperkuat Hafalan dan Pemahaman: Proses membaca dan mengartikan langsung membuat pemahaman lebih dalam dan melekat.
- Melatih Kemandirian Belajar: Sorogan tidak bisa dilakukan asal-asalan. Santri harus mempersiapkan diri sebelum maju membaca.
Manfaat ngaji kitab sorogan bagi Santri
Metode ini menjadikan santri lebih teliti dalam membaca teks Arab, memahami tata bahasa, serta mengasah daya pikir kritis dan logika fikih. Selain itu, sorogan juga menanamkan adab belajar kepada guru dan kedisiplinan waktu, karena harus hadir tepat sesuai jadwal yang ditentukan.
Kesimpulan
Sorogan bukan sekadar metode lama yang dipertahankan, tapi merupakan bentuk pendidikan karakter dan intelektual yang kuat. Di HM Al-Inaaroh 2, sorogan menjadi salah satu sarana penting dalam membentuk generasi santri yang faqih fiddin dan memiliki akhlak mulia—terlebih dengan bimbingan langsung dari pengasuh, K.H. Amiruddin Abdul Karim, yang senantiasa membimbing dengan penuh kesabaran dan keilmuan.
Editor: Fatma Russy [Tim Media HM Al-Inaaroh2]