
Setiap malam Jumat di pondok kami, ada satu momen yang paling ditunggu sekaligus paling ditakuti: Sanksian.
Jangan bayangin sidang pengadilan yang penuh dengan hakim berseragam dan pengacara bergaya. Di sini, yang jadi “hakim” adalah kakak senior bersarung, berkopiah, dan bersenjatakan tongkat kayu—yang lebih sering jadi “pengingat spiritual” daripada alat kekerasan.
Kenapa Harus Ada Sanksian?
Karena manusia itu tempatnya salah, dan santri pun bukan malaikat. Kadang ada yang ketiduran saat azan Subuh, ada yang lupa batas wilayah pondok, bahkan ada juga yang terlalu asyik main bola sampai lupa dunia. Nah, kegiatan ini jadi semacam “rem” agar kami tetap pada rel yang benar, sekaligus bikin kami sadar bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya.
Macam-Macam Pelanggaran, Macam-Macam Gaya TobatnyaYang sering disidang antara lain:
- Tidak salat berjamaah (padahal udah dikumandangkan iqamah lima kali!)
- Keluar pondok melewati batas tanpa izin (biasanya demi gorengan legend di warung sebelah)
- Telat ngaji, atau lebih parah: ketiduran saat ngaji (modus klasik: pura-pura ngelus dada, padahal merem total)
Lucunya, ekspresi santri yang disanksi pun beragam:Ada yang sok tenang padahal keringat dingin netes kayak AC bocor, ada juga yang senyum-senyum kecut sambil nyari celah buat ngeles, “Ana ijin tadi, cuma belum sempet lapor…”
Sanksi yang Ngena (Tapi Nggak Bikin Trauma)
Sanksinya macam-macam, tergantung tingkat dosa dan bakat akting minta maaf. Ada yang disuruh hafalan, nyapu masjid, atau yang paling legendaris: “sentilan edukatif” pakai rotan.
Tapi tenang, ini bukan kekerasan—ini adalah bentuk kasih sayang versi pondok. Biasanya satu kali kena, langsung besoknya rajin shalat jamaah lima waktu plus rawatib.
Manfaat yang Nggak Main-Main walau terdengar menyeramkan (dan kadang bikin dag-dig-dug tak karuan), kegiatan ini membawa manfaat luar biasa:
- Disiplin spiritual: Biar kita tahu bahwa shalat jamaah itu penting, bukan sekadar kewajiban, tapi juga kebiasaan mulia yang dibentuk sejak dini.
- Rasa tanggung jawab: Belajar mempertanggungjawabkan tindakan itu penting, apalagi kalau mau jadi pemimpin umat.
- Kebersamaan: Anehnya, justru dari acara “serem” ini, kami makin solid. Yang udah disanksi, besoknya dikuatkan teman-temannya. Kadang malah dijadiin bahan candaan, “Eh si Fulan alumni rotan 2025 tuh!”
: Jangan Takut Sanksi, Takutlah Jika Tak Ada yang Mengingatkan
Di dunia luar, banyak yang bebas sebebas-bebasnya, tapi tidak semua diberi kesempatan untuk ditegur dengan cinta. Maka, meski kadang geli, sakit, atau malu, sanksian ini adalah cara pondok untuk menjaga kami tetap dalam jalur. Kalau kata senior kami, “Ini bukan balas dendam, ini cinta dalam bentuk rotan.”
Editor: Fatma Russy [Tim Media HM Al-Inaaroh2 ]