
Di lingkungan pondok pesantren, kegiatan pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas secara formal.
Ada pula tradisi ilmiah yang khas dan membentuk karakter santri, yaitu syawir atau musyawarah, yang dilaksanakan secara rutin setiap hari Senin. Kegiatan ini menjadi momen penting bagi para santri untuk melatih kemampuan berpikir, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat dalam suasana ilmiah.
Apa Itu Syawir?
Syawir berasal dari kata musyawarah yang berarti diskusi atau tukar pikiran. Di pondok, syawir adalah kegiatan mingguan yang diikuti oleh para santri dari berbagai tingkatan untuk membahas pelajaran fikih dan nahwu secara mendalam. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok dan dipandu oleh santri senior atau ustazah pembimbing.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Syawir dilaksanakan setiap hari Senin, biasanya pada sore hari setelah kegiatan belajar formal selesai. Para santri akan berkumpul di tempat yang telah ditentukan, seperti aula pondok atau ruang kelas, sesuai dengan kelompok dan tingkatannya masing-masing.
Materi: Fikih dan Nahwu
Dalam kegiatan syawir, ada dua cabang ilmu utama yang dibahas:
1. Ilmu Fikih
Fikih yang dibahas dalam syawir meliputi dua bagian besar:
- Fasal Muamalah: hukum-hukum yang mengatur hubungan antar manusia seperti jual beli, hutang piutang, sewa-menyewa, akad, dan lainnya.
- Fasal Ubudiyah: pembahasan tentang ibadah seperti salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya.
Kitab yang dikaji berbeda sesuai tingkatan santri:
Santri pemula:
Mengkaji Kitab Safinah an-Najah, yang berisi ringkasan fikih dasar.
Santri menengah dan lanjutan:
Mengkaji Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’, yang membahas fikih secara lebih terperinci dan sistematis.
2. Ilmu Nahwu
Nahwu adalah ilmu tata bahasa Arab yang sangat penting untuk memahami kitab kuning. Dalam syawir, pelajaran nahwu juga disusun bertahap:
Tingkat dasar: menggunakan Kitab Jurumiyah, kitab kecil namun padat yang menjadi gerbang pertama bagi santri untuk mengenal kaidah-kaidah nahwu.
Tingkat lanjut: menggunakan Alfiyah Ibnu Malik, kitab nadzam (puisi ilmiah) berisi seribu bait yang membahas seluruh kaidah nahwu secara menyeluruh dan mendalam.
Syawir nahwu ini sangat membantu santri untuk memahami teks-teks Arab klasik dan memperkuat dasar pemahaman terhadap pelajaran-pelajaran lainnya.
Tujuan dan Manfaat Syawir
Kegiatan syawir memiliki banyak manfaat, baik secara intelektual maupun spiritual:
- Melatih santri berpikir kritis dan menyampaikan pendapat dengan dalil
- Membiasakan santri dalam berdiskusi ilmiah dengan adab
- Menumbuhkan keberanian berbicara di depan umum
- Memperkuat penguasaan kitab kuning
- Meningkatkan kebersamaan dan semangat belajar lebih dari sekadar diskusi.
- Syawir adalah bagian dari proses pembentukan karakter santri agar menjadi pribadi yang matang secara ilmu dan adab.
Syawir bukan hanya rutinitas, tetapi bagian dari tradisi keilmuan yang khas di pondok pesantren. Lewat kegiatan ini, para santri tidak hanya memahami fikih dan nahwu, tapi juga belajar untuk berpikir, berbicara, dan menyampaikan pendapat dengan santun.

Editor: Fatma Russy [Tim Media HM Al-Inaaroh2]